ingin dapat uang join yuk..... ke peoplestring gratisss

Minggu, 30 November 2008

FISIKA KLASIK

Fisika adalah ilmu yang mempelajari struktur dasar dan proses yang terjadi pada materi dan energi . Salah satu tujuan Fisika adalah memberikan gambaran yang eksak tentang dunia nyata. Yang dicari adalah metode untuk mengamati benda terkecil di dunia. Walaupun fisika telah berkembang selama berabad abad, perkembangannya secara besar-besaran terjadi dalam zaman Renaisance dan Pencerahan yang menjadi titik tolak dimulainya zaman modern. Sebelumnya sains berkembang di bawah bayang-bayang dominasi agama.

Dasar perkembangan besarnya diletakkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727) melalui teori-teori dan tetapan-tetapan yang kemudian berkembang dalam tradisi fisika Newtonian. Bagi Newtonian, alam semesta ini hanya terdiri dari tiga realitas yaitu materi, ruang dan waktu. Materi tersusun atas atom-atom yang terikat untuk selama-lamanya. Sementara itu ruang dan waktu sifatnya absolut, artinya akan selalu ada andaikata materi di alam semesta ini musnah. Jadi ruang dan waktu tidak terbatas, universal dan absolut.

Walaupun sains menyatakan melepaskan diri dari filsafat, dinamika pandangan dunia modern cukup mempengaruhi para ilmuan dan fisikawan pada khususnya dalam kegiatan ilmiah mereka secara epistemologis. Mula-mula rasionalisme kemudian empirisme dan materialisme.

Rasionalisme mula-mula digagas oleh Rene Descartes (1596-1650) dengan semboyan cogito ergo sum (saya berfikir jadi saya ada). Rasio sangat dipentingkan. Dalam rasio terdapat ide-ide, dan dengan itu orang dapat membangun suatu ilmu pengetahuan tanpa menghiraukan realitas diluar rasio. Pengetahuan yang sejati harus bersumber dari rasio sehingga pengalaman inderawi merupakan pengenalan yang kabur.

Sebagai reaksi atas rasionalisme ini, muncullah suatu aliran baru yaitu empirisme yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan. Apa yang ditangkap indera merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna. Para penggagas empirisme ini antara lain Thomas Hobbes, John Locke, George Berkeley dan memuncak dalam pandangan David Hume (1711-1776). Hume sama sekali tidak memberi tempat untuk “aku” manusia selain dari pengalaman-pengalaman yang kemudian direspon dengan persepsi-persepsi inderawi.

Di kemudian hari, rasionalisme dan empirisme di kalangan fisikawan tersedot dalam sebentuk epistemologis yang materialistik . Walaupun Newton bukanlah seorang materialis, dia menggunakan materialisme sebagai metodologinya. Dalam tradisi fisikawan setelah Newton , walaupun tidak bisa diklaim bahwa sains sepenuhnya dikuasasi oleh materialisme, pengaruh materialisme sangat kuat dalam aktifitas ilmiah. Banyak saintis yang kemudian menyingkirkan segala kepercayaannya untuk dapat mengembangkan argumen ilmiahnya yang berasumsi bahwa materi merupakan satu-satunya yang nyata ada. Bahkan aspek-aspek yang berkaitan dengan aktifitas inderawi mental manusia juga dijawab secara fisikal. Thomas H. Huxley mengatakan : ”pikiran yang sedang saya ungkapkan dan juga pikiranmu mengenainya adalah perwujudan dari perubahan-perubahan molekuler”. Respon inderawi tidak lepas dari aktifitas molekuler dalam diri manusia. Rangsangan yang diterima indera menyebabkan perubahan materi dalam organ indera dan menimbulkan respon secara mekanis.

Mengenai aspek-aspek yang lebih luas misalnya tentang karya alam ini, pandangan fisika klasik tidak lepas dari hukum-hukum alam yang ditentukan oleh partikel-partikel pembentuk semesta. Dengan demikian materi adalah satu-satunya realitas yang dapat dipercaya dalam sains dengan hukum-hukumnya yang bersifat mekanistik dan reduksionistik. Akibatnya keberadaan seorang pengamat dalam sebuah kegiatan ilmiah, sama sekali terpisah dengan objek yang sedang diteliti.

Secara ringkas, kita dapat mencatat tiga karakteristik dari fisika klasik yang cukup vital sehubungan dengan maksud penulisan paper ini yaitu deterministik, reduksionistik dan realistik. Deterministik mengklaim bahwa masa depan suatu sistem, pada prinsipnya dapat diprediksi dari pengetahuan yang akurat tentang kondisi sistem itu sekarang. Semuanya harus terjadi karena memang harus terjadi dan tidak ada pilihan yang lain. Reduksionistik menyatakan bahwa perilaku sistem sepenuhnya dipengaruhi partikel-partikel terkecilnya. Dalam hal ini berlaku hukum sebab akibat. Dengan pandangan ini kita dapat mengetahui, mengapa air itu cair, karet lentur, besi keras, benda jatuh dan sebagainya. Realistik menganggap bahwa teori ilmiah dapat menggambarkan keadaan dunia sebagaimana adanya tanpa dipengaruhi pengamatnya. Para ilmuwan berusaha mengungkap kebenaran yang bisa diklaim seobjektif mungkin dan berlaku secara universal.

Mau uang????!!!!! Klik link dibawah ini

Dapatkan uang dengan klik link ini

IKLAN